Sunday 23 October 2016

BELAJAR MEMAHAMI LOGIKA LAPORAN KEUANGAN

Untuk coretan mengenai memahami laporan keuangan sendiri saya sebenarnya juga masih banyak yang harus dipelajari lebih dalam untuk benar-benar memahaminya. Jadi sebelum lebih dalam pembahasan mari kita ulas apa sebenarnya laporan keuangan itu.

Laporan Keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan atau badan usaha.

Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas kepada pengguna laporan keuangan untuk keperluan pengambilan keputusan. Laporan keuangan sendiri merupakan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang diamanahkan kepada mereka.

Lalu apa saja komponen laporan keuangan??
Biasanya dan yang memang sudah diatur dalam PSAK 1 mengenai penyajian laporan keuangan adalah :
1.   Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
2.   Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode;
3.   Laporan perubahan ekuitas selama periode;
4.   Laporan arus kas selama periode;
5.   Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lain

Mungkin untuk pembahasan mengenai komponen yang terdapat di laporan keuangan akan dibahas di artikel selanjutnya.

Dari yang biasa kita temukan banyak diantara kita yang mendominasi sebagai pelaku pembuat laporan keuangan namun masih sulit memahami laporan keuangan itu sendiri.
Untuk belajar memahami laporan keuangan mari kita coba posisikan diri kita adalah pemilik perusahaan (owner), jajaran direksi atau  setingkat Top Level Management lainnya dengan mengeyampingkan posisi kita sekarang.

Hal yang mungkin terlintas di dalam pikiran kita pada posisi itu adalah :
1.   Apakah laba atau rugi perusahaan kita saat ini???
2.   Aset yang kita miliki????
3.   Apakah ada trend/momen terkait pada saat laba atau rugi perusahaan???

Mungkin ketiga pertanyaan inilah yang awal muncul saat kita akan menerima hasil laporan keuangan dari pihak manajemen, dan tentunya ketiga pertanyaan itu dapat terjawabkan apabila kita memahami laporan keuangan.
sebagai ilustrasi coretan keuangan adalah perusahaan manufaktur, berikut laporan laba ruginya :



Dari Laporan Laba Rugi diatas kita dapat melihat dengan jelas bahwa :
a.   Pendapatan Bersih sebesar Rp125.000.000
b.   Laba Bruto (Gross Profit) Rp65.000.000
c.   Beban sebesar Rp59.500.000
d.   Laba Bersih (Net Profit) Sebesar Rp5.500.000

Dari  keempat angka diatas, mana yang paling penting menurut anda sebagai pemilik perusahaan?  Tentu anda terpaku sejenak pada pandangan pertama di “laba bersih”.
Laba bersih hanya menunjukkan angka Rp5.500.000, tentu ini sangat kecil jika dibandingkan dengan pendapatan yang sebesar Rp125.000.000 atau profit margin anda hanya 4,40%, mungkin anda berpikir lebih baik di depositokan saja uang itu kan?

Dengan penuh tanda tanya mungkin anda akan memeriksa semua transaksi tersebut bahkan mulai dari bukti transaksi hingga ke penjurnalannya bersama dengan bagian accounting, namun setelah anda cek ternyata semua benar dari transaksi sampai ke jurnal-jurnalnya saat membuat laporan keuangan. Disinilah kita seharusnya tentang pemahaman laporan keuangan mesti diasah, jika memang anda sudah yakin atas laporan keuangan tersebut seharusnya anda tinggal scanning dari bagian  akun-akun yang terasa janggal atau menurut kita tidak wajar misal laporan laba rugi yang kita bandingkan dengan periode bulan lalu seperti berikut :


Dari laporan laba rugi yang sudah kita bandingkan kita bisa melihat apa biaya-biaya yang mengalami kenaikan sangat signifikan, seperti yang kita lihat yang mengalami kenaikan tertinggi adalah beban pokok pendapatan yang diikuti dengan beban internet. Disinilah fungsi kita memahami laporan keuangan, apa memang benar beban tersebut harus dikeluarkan sebesar itu dan mengalami kenaikan yang sangat signifikan apakah ada trned/ momen yang sangat mempengaruhi penurunan laba perusahaan atau hanya suatu pemborosan yang tak terkendali. Logika yang seperti ini yang perlu kita asah untuk dapat memahami laporan keuangan, tidak ada cara lain selain belajar dan terus tingkatkan rasa ingin tahu kita.







Wednesday 19 October 2016

Analisis Rasio Keuangan (Dengan Contoh)

Pada umumnya rasio keuangan bermacam-macam tergantung kepada kepentingan dan penggunaannya, begitu pula  perbedaan jenis perusahaan juga dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasionya. Namun pada bahasan ini saya akan membahas metode analisis rasio

analisis laporan keuangan sendiri merupakan proses meneliti laporan keuangan. Salah satu tujuan utamanya adalah mengidentifikasi perubahan besar dalam tren dan hubungan serta penyelidikan dari alasan yang mendasari perubahan tersebut. Proses penilaian dapat ditingkatkan dengan pengalaman dan penggunaan alat-alat analisis. Mungkin teknik analisis keuangan yang paling banyak digunakan adalah analisis rasio, analisis hubungan antara dua atau lebih item pada laporan keuangan. rasio keuangan biasanya dinyatakan dalam persentase atau kali. Umumnya, rasio keuangan yang dihitung untuk tujuan mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha antara masa lalu dengan masa sekarang.

berikut analisis rasio keuangan yang biasa digunakan :

1. liquidity ratios / Rasio Likuiditas
    Rasio ini berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
    finansialnya dalam jangka pendek.
2. profitability ratios / Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas
    Rasio ini berfungsi untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan untuk mengendalikan
    biaya dan memperoleh laba dalam hubungannya dengan nilai penjualan dan investasi.
3. leverage ratios / Rasio Leverage atau Solvabilitas
    Rasio ini untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban
    finansial jangka panjang.
4. Activity ratios / Rasio Aktifitas
    Rasio ini untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang
    dimilikinya

Sebagai Contoh saya simulasikan dengan laporan keuangan PT. Coretan Keuangan






  dari laporan keuangan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1, Liquidity Ratio / Rasio Likuiditas

a. Current Ratio
        
            ASET LANCAR             =  6.450.000     =    2,80
    LIABILITAS JK PENDEK        2.300.000

INTERPRETASI :
Kemampuan PT Coretan Keuangan untuk membayar liabilitas jangka pendek yang harus segera dipenuhi dengan aset lancar.
Setiap liabilitas jangka pendek Rp 1,00 dijamin oleh Aset Lancar Rp 2,804

b. Cash Ratio

 KAS DAN SETARA KAS+EFEK             =  2.000.000     =    0,87
       LIABILITAS JK PENDEK                      2.300.000

INTERPRETASI :
Kemampuan PT Coretan Keuangan untuk membayar kewajiban yang segera yang harus dipenuhi dengan Kas yang tersedia dalam perusahaan dan dan berikut surat berharga atau efek jangka pendek yang dapat segera dicairkan.
Setiap Liabilitas Jangka pendek Rp 1,00 dijamin oleh Kas dan Efek  Rp 0,87

c. Quick / Acid Test Ratio

 KAS DAN SETARA KAS+EFEK+PIUTANG             =  3.200.000     =    1,39
       LIABILITAS JK PENDEK                                          2.300.000

INTERPRETASI :
Kemampuan PT Coretan Keuangan untuk membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi dengan aset lancar yang lebih likuid (quick assets)
Setiap Liabilitas Jangka pendek Rp 1,00 dijamin oleh Quick Assets  Rp 1,391

2, profitability ratios / Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas

a. Gross Profit Margin
        
    PENJUALAN NETO - HPP             =  9.500.000     =    44%
        PENJUALAN NETO                      21.750.000

INTERPRETASI :
Menunjukkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba bruto per rupiah penjualan
Setiap rupiah penjualan menghasilkan laba bruto sebesar Rp 0,44.

b. Operating Income Ratio / Operating Profit Margin
        
    PENJUALAN NETO - HPP-BEBAN           =   6.750.000     =    31%
                PENJUALAN NETO                            21.750.000

INTERPRETASI :
Menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan.
Setiap rupiah penjualan menghasilkan laba operasi sebesar Rp 0,31.

c. Operating Ratio
        
    HPP + BIAYA ADM PENJUALAN & UMUM           =   15.000.000     =    68,97%
                         PENJUALAN NETO                                     21.750.000

INTERPRETASI :
Menunjukkan biaya operasi per rupiah penjualan, semakin kecil rasio ini menunjukkan kinerja yang semakin baik.
Setiap rupiah penjualan mengandung biaya operasi sebesar Rp 0,6897.

d. Net Profit Margin / Sales Margin
        
    LABA BERSIH SETELAH PAJAK            =     4.663.750     =    21,44%
             PENJUALAN NETO                                21.750.000

INTERPRETASI :
Menunjukkan keuntungan neto atau laba bersih per rupiah penjualan. Semakin besar angka yang didapat menunjukkan kinerja yang semakin baik.
Setiap rupiah penjualan menberikan keuntungan bersih sebesar Rp 0,2144.

e. Earning Power Of Total Investment 
   (Rate of Return on Total Assets/ROA)
        
        E B I T            =      6.750.000     =    51,3%
  TOTAL ASET            13.150.000

INTERPRETASI :
Menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi + saham).
Setiap satu rupiah modal menghasilkan keuntungan Rp 0,513 untuk investor.

f. Net Earning Power Ratio 
   (Rate of Return on Investment/ROI)
        
 LABA BERSIH SETELAH PAJAK / EAT      =      4.663.750     =    35,5%
                          TOTAL ASET                                13.150.000

INTERPRETASI :
Menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bersih.
Setiap satu rupiah aktiva menghasilkan keuntungan bersih Rp 0,355.

g. Rate Of Return For The Owners 
   (Rate of Return on Net Worth)
        
 LABA BERSIH SETELAH PAJAK / EAT      =      4.663.750     =    51,3%
                  TOTAL EKUITAS                                   9.100.000

INTERPRETASI :
Menunjukkan kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.
Setiap satu rupiah modal sendiri menghasilkan keuntungan bersih Rp 0,513 yang tersedia untuk pemegang saham preferen dan saham biasa.

3, leverage ratios / Rasio Leverage atau Solvabilitas

a. Total Debt To Equity Ratio
        
    TOTAL LIABILITAS             =  4.050.000     =    0,45
      TOTAL EKUITAS                    9.100.000

INTERPRETASI :
Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan kewajiban (hutang)
Rp 0,45 dari setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan hutang.

b. Total Debt To Total Capital Assets
        
    TOTAL LIABILITAS             =    4.050.000     =    0,31
      TOTAL ASET                           13.150.000

INTERPRETASI :
Bagian aset yang digunakan untuk menjamin liabilitas (utang)
Rp 0,31 dari setiap rupiah aktiva menjadi jaminan hutang.

c. Long Term Debt To Equity Ratio
        
    LIABILITAS JK PANJANG             =    1.750.000     =    0,19
          TOTAL EKUITAS                             9.100.000

INTERPRETASI :
Menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk liabilitas jangka panjang.
Rp 0,19 dari setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan hutang jk panjang.

d. Tangible Assets Debt Coverage
        
    ASET - INTANGIBLES - LIABILITAS JK PENDEK             =    7.950.000     =    4,54
                  LIABILITAS JANGKA PANJANG                                  1.750.000

INTERPRETASI :
Menunjukkan besarnya aset tetap tangible yang digunakan untuk menjamin setiap rupiah liabilitas jangka panjang.
Setiap rupiah kewajiban jangka panjang dijamin oleh aktiva tangible Rp 4,54.

e. Times Interest Earned Ratio
        
                                   EBIT                                              =    6.750.000     =    77,14
    BUNGA LIABILITAS JANGKA PANJANG                        87.500

INTERPRETASI :
Menunjukkan besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga liabilitas jangka panjang.
Setiap rupiah bunga liabilitas jk panjang dijamin oleh keuntungan Rp 77,14.

4. Activity ratios / Rasio Aktifitas

a. Total Assets Turnover
        
    PENJUALAN NETO             =  21.750.000     =    1,65 x
      TOTAL ASET                          13.150.000

INTERPRETASI :
Menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aset berputar dalam satu periode atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan "revenue".
Perputaran dana keseluruhan aset rata-rata setahun 1,65x atau setiap rupiah aset selama setahun menghasilkan revenue sebesar Rp 1,65.

b. Receivable Turnover
        
    PENJUALAN NETO             =  21.750.000     =    18,13 x
   PIUTANG RATA-RATA              1.200.000

INTERPRETASI :
Menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu.
Dalam setahun rata rata dana yang tertanam pada piutang berputar 18,13 x.

c. Average Collection Period
        
  PIUTANG RATA-RATA x 360        =  432.000.000     =    19,86
        PENJUALAN KREDIT                     21.750.000

INTERPRETASI :
Menunjukkan periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang (hari). Semakin kecil angka yang didapat, semakin baik.
Piutang dikumpulkan rata-rata setiap 20 hari sekali.

d. Working Capital Turnover
        
                    PENJUALAN NETO                             =  21.750.000     =    5,2 x
 ASET LANCAR - LIABILITAS JK PENDEK              4.150.000

INTERPRETASI :
Menunjukkan kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) yang terdapat di perusahaan.
Dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata  5,3 x selama setahun.


Sekian pembahasan mengenai analisis rasio keuangan.

Monday 9 May 2016

cash budget

apakah Laba atau Rugi Perusahaan dilaporan keuangan menggambarkan besarnya nilai kas perusahaan?
laba rugi perusahaan yang terdapat dilaporan belum tentu menggambarkan besarnya nilai kas di dalam perusahaan pada periode tersebut.

bagi kalian para senior akuntan tau persis tentang itu,, mungkin ada perusahaan yang pada periode tertentu memiliki laba yang sangat besar namun tidak dengan kasnya, begitu pula sebaliknya ada perusahaan yang mungkin rugi tapi memiliki kas yang cukup.

pernah saya mendengar istilah "Cash is The King". Yupppppp bisa dibilang seperti itu, bicara mengenai kas  (money/duit) atau apalah sebutannya memiliki sensitivitas yang sangat tinggi, apalagi di sebuah perusahaan

Bagaimana tidak..... Dengan memiliki kas yang cukup tentu saja semua operasional berjalan lancar bahkan sangat lancar sehingga bagian tresury tidak terlalu khawatir tentang adanya tagihan-tagihan yang akan jatuh tempo, pembayaran gaji karyawan tepat pada waktunya dan para atasan pun tenang dengan melihat laporan kas yang dimiliki perusahaan

Namun bagaimana bila sebaliknya???
tentu itu menjadi mimpi buruk bagi perusahaan, para karyawan kerja ogah-ogahan karna telat datang bulan (gajinya) serta para vendor males-malesan untuk menyediakan barang-barang tepat waktu karna seringnya keterlambatan pembayaran yang berakibat terhambatnya operasional perusahaan

terus bagaimana solusinya???
biasanya setiap perusahaan memiliki perencanaan kas yang memang harus dibuat, berbicara mengenai laporan kas pun beragam dengan perbedaan antara “Cash Flow Statement” dengan “Budgeted Cash Flow” dengan “Cash Budget” dengan “Cash Forecast.”

namun untuk tulisan ini saya fokuskan di cash budget
Karna dilihat dari span waktunya dan juga bisa sebagai panduan pelaksanaan sehari-hari bagi kalangan internal

secara definisi bisa dibilang cash budget merupakan rencana kas masuk dan kas keluar
untuk span waktunya pun beragam sesuai dengan kebutuhan kalangan internal entah mingguan atau bulanan
sekarang kita coba untuk membuat span waktu mingguan yang terdiri dari :
- Minggu 1;
- Minggu 2;
- Minggu 3; dan
- Minggu 4 berikut contoh format sederhana cash budget bulan April 2016












Jika anda perhatikan format di atas, maka anda akan temukan 7 items dasar yang paling minimal harus ada dalam sebuah Cash Budget, yaitu:

1. Saldo Kas Awal – Ini adalah saldo kas awal yang dimiliki oleh perusahaan di awal periode budget dibuat, misal: 1 April 2016 untuk Cash Budget april 2016 Minggu Pertama (minggu 1) seperti dalam contoh. Darimana angka Rp1.000.000 dalam contoh diperoleh? Dari “Saldo Akhir” buku Kas perusahaan, yaitu Petty Cash ditambah Saldo Kas Bank, Deposito (atau lainnya yang bersifat likuid) di akhir hari kerja sebelumnya.

2. Ditambah: Kas Diterima (dirinci) – Ini adalah rencana kas yang akan diterima dalam periode Cash Budget Minggu Pertama (minggu 1). Darimana angka Rp2.000.000 diperoleh? Dari buku (akun) “Piutang” perusahaan yang akan jatuh tempo pada minggu pertama (Minggu-1), misal seperti di bawah ini:















Note: Jika ada rencana kas masuk sumber lain (misal: penjualan asset, bunga bank, pendapatan sewa) yang pasti akan diterima juga dimasukkan di sini.

3. Total Kas Tersedia (untuk digunakan) – Ini adalah rencana total kas yang bisa digunakan untuk Minggu Pertama April 2016. Darimana angka Rp3.000.00 diperoleh? Dari hasil penjumlahan “Saldo Kas Awal” dan “Kas Diterima” pada baris pertama dan kedua di atasnya.

4. Dikurangi: Kas Digunakan (dirinci) – Ini adalah rencana kas yang akan digunakan dalam periode Cash Budget Minggu Pertama (Minggu 1). Darimana angka Rp500.000 diperoleh? Dari buku “Utang” perusahaan yang akan jatuh tempo pada minggu pertama (Minggu 1), misal seperti di bawah ini:














Note: Jika ada rencana pengeluaran selain dari aktivitas normal (misal: membeli mobil operasional, membayar cicilan bank, membayar sewa, menghire staf baru, dlsb) yang akan dibayar pada periode yang sama juga dimasukkan di sini.

5. Surplus/Defisit Kas –Ini adalah Surplus atau Defisit Kas yang akan terjadi pada periode Cash Budget Minggu Pertama (Minggu 1), yang diperoleh dari “Total Kas Tersedia Untuk Digunakan” dikurangi “Kas Digunakan”, sehingga Rp3.000.000 – Rp500.000 = Rp2.500.000

6. Finance/Funding – Ini adalah jumlah Kas yang harus dipinjam dari pihak luar (bank atau lembaga keuangan lain) JIKA ternyata perusahaan mengalami “Defisit” kas, yakni rencana “Kas Digunakan” lebih besar dibandingkan dengan “Total Kas Tersedia.” Dalam contoh ini 0 (nol), karena kebetulan perusahaan akan mengalami “Surplus” Rp2.500.000, sehingga tidak perlu lagi meminjam dari pihak luar. Andai defisit (CONTOH lihat minggu 3: Kas Tersedia Untuk Digunakan=Rp3.500.000 dan Kas Digunakan Rp3.900.000 thus Defisit Rp400.000, maka perusahaan akan perlu meminjam dari pihak luar sebesar Rp1.000.000 agar saldo akhir Kas nantinya mencapai angka Rp600.000)

7. Saldo Kas Akhir – Ini adalah jumlah saldo kas akhir yang diharapkan di akhir periode Cash Budget Minggu Pertama (Minggu 1), dan begitu selanjutnya untuk minggu ke2,3 dan ke 4.
















Tuesday 30 June 2015

penentuan sampel transaksi



Bagaimana cara auditor menentukan sampel transaksi??
Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntan publik biasanya tidak memeriksa keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang terdapat diperusahaan . karena kalo keseluruhan diperiksa, yang pasti akan memerlukan waktu yang lama dan memakan biaya yang besar.
Karena itu transaksi-transaksi dan bukti-bukti diperiksa secara "test basis" atau secara sampling. Dari keseluruhan "Universe" diambil beberapa sampel, auditor akan menarik kesimpulan mengenai "universe" secara keseluruhan.
Cara pemilihan sampel tidak boleh seenaknya, karena sampel tersebut haruslah mewakili universe secara tepat, karena jika sampel yang dipilih tidak tepat akan sangat mempengaruhi kesimpulan yang ditarik.
Sampel harus dipilih dengan cara tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga sampel tersebut benar-benar representative.
Menurut PSA No.26
"Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut."
"Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit : non statistik dan statistik, kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel, serta dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan".
"kedua pendekatan sampling audit diatas, jika diterapkan dengan semestinya, dapat menghasilkan bukti audit yang cukup".

Metode sampling apapun yang digunakan, auditor dianjurkan untuk terlebih dahulu menyusun "sampling plan".
ada beberapa cara pemilihan sampling yang sering digunakan adalah :
a. Random/Judgement Sampling
yaitu pemilihan sampel dilakukan secara random dengan menggunakan judgement si akuntan publik.
salah satu cara misalnya : dalam melakukan tes transaksi atas pengeluaran kas auditor menentukan bahwa semua pengeluaran kas yang lebih besar atau sama dengan Rp10.000.000 harus di vouching, ditambah dua setiap bulan yang berjumlah dibawah Rp10.000.000
b. Block Sampling
Dalam hal ini auditor memilih transaksi di bulan-bulan tertentu sebagai sample.
Misalnya : bulan januari, juni dan desember.
keberhasilan kedua cara diatas walaupun paling mudah, tetapi sangat tergantung pada judgement si auditor, semakin banyak pengalaman si auditor, semakin baik hasilnya dalam arti sampel yang dipilih benar-benar representative. Tetapi jika auditor kurang pengalaman sampel yang dipilih akan kurang representative.
c. Statistical Sampling
nah untuk Pemilihan sampel ini dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit namun sampel yang terpilih benar-benar representative. Namun karena memakan waktu yang lebih banyak statistical sampling lebih banyak digunakan dalam audit diperusahaan yang sangat besar dan mempunyai internal control yang cukup baik

Thursday 20 November 2014

Sifat Bukti Audit (Audit Evidence)

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Seperti halnya Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan serta catatan seperti lembaran kerja (Work sheet) dan Spread Sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik.
Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu laporan keuangan, di pihak lain tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.
Bukti audit menguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek, catatan electronic fund system, faktur, surat kontrak, notulen rapat,konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang mengetahui, informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.
untuk dapat ddikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan. keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut.
Bukti ekstern yang diperoleh dari pihak independen diluar perusahaan dianggap lebih kuat dalam arti lebih dapat diandalkan/dipercaya keabsahannya daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri (bukti intern). semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan. pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik, pengamatan dan perhitungan lebih bersifat menyimpulkan (Persuasive Evidence) daripada bukti yang bersifat meyakinkan (Convincing Evidence)

Menurut Konrath (2002:114 &115) ada 6 (enam) tipe bukti audit, yaitu :
1. Physical Evidence
2. Evidence Obtain Through Confirmation
3. Documentary Evidence
4. Mathematical Evidence
5. Analytical Evidence
6. Hearsay Evidence

1. Physical Evidence
 terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi atau diinspeksi dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau keberadaan.
Contohnya adalah bukti-bukti fisik yang diperoleh dari kas opname, observasi dari perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat berharga dan inventarisasi aset tetap.

2. Evidence Obtain Through Confirmation
 merupakan bukti yang diperoleh mengenai eksistensi, kepemilikan atau penilaian langsung dari pihak ketiga diluar klien.
Contohnya : Jawaban konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi, surat berharga yang disimpan biro administrasi efek dan konfirmasi dari penasihat hukum klien.

3. Documentary Evidence
terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen pendukung transaksi.
Contoh : faktur pembelian, copy faktur penjualan, Journal voucher, general ledger, dan sub ledger. Bukti ini berkaitan dengan asersi manajemen mengenai completeness  dan eksistensi dan berkaitan dengan audit trail yang memungkinkan auditor untuk mentrasir dan melakukan vouching atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian dari dokumen ke buku besar dan sebaliknya.

4. Mathematical Evidence
merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan rekonsiliasi yang dilakukan auditor.
Contoh : footing, cross footing dan extension dari rincian persediaan, perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan beban bunga, laba/rugi penarikan aset tetap, PPH dan accruals. untuk rekonsiliasi misalnya pemeriksaan rekonsiliasi bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha dan utang menurut buku besar dan sub buku besar, rekonsiliasi inter company account dan lain-lain.

5. Analytical Evidence
merupakan bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap informasi keuangan klien. Penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu membuat perencanaan audit, sebelum melakukan substantive test dan pada akhir pekerjaan lapangan (audit field work). Prosedur analitis bisa dilakukan dalam bentuk :
1. Trend (Horizontal) Analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam jumlah rupiah dalam persentase.
2. Common Size (vertical) Analysis.
3. Ratio Analysis, misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage dan rasio manajemen aset.

6. Hearsay Evidence
merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor.
Contoh : pertanyaan-pertanyaan auditor mengenai pengendalian intern, ada tidaknya contigen liabilities, persediaan yang bergerak lambat dan rusak, kejadian penting setelah tanggal neraca dan lain-lain

Urutan reliabilitas dari keenam tipe bukti audit diperlihatkan seperti berikut



  

Wednesday 19 November 2014

Prosedur Audit Pemeriksaan Aset Tetap



Oke bro, sis, om dan tan berikut ini adalah prosedur audit aset tetap dan penjelasannya, langsung aja disimak, SEMOGA MANFAAT......
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tetap.
dalam hal ini biasanya auditor menggunakan Internal Control Questionnaires (ICQ),
beberapa ciri internal control yang baik atas aset tetap adalah :
a. digunakannya anggaran untuk penambahan aset tetap .
Jika ada aset tetap yang ingin dibeli tetapi belum tercantum dianggaran maka aset tetap tersebut tidak boleh dibeli dahulu.
b. Setiap penambahan dan penarikan aset tetap terlebih dahulu harus diotorisasi oleh pejabat berwenang.
c. Adanya kebijakan tertulis dari manajemen mengenai capitalization dan depreciation policy.
d. Diadakannya kartu aset tetap atau sub buku besar aset tetap yang mencantumkan tanggal pembelian, nama supplier, harga perolehan, metode dan persentase penyusutan, jumlah penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai buku aset tetap.
e. Setiap aset tetap diberi nomor kode.
f. Minimal setahun sekali dilakukan inventarisasi (Pemeriksaan fisik aset tetap), untuk mengetahui keberadaannya dan kondisi dari aset tetap.
g. Bukti-bukti pemilikan aset tetap disimpan ditempat yang aman.
h. Aset tetap diasuransikan dengan jumlah Insurance Coverage (nilai pertanggungan) yang cukup.

2. Minta kepada Klien Top Schedule serta Supporting Shedule aset tetap, yang berisikan : Saldo awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutannya.

3. Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau Sub-Ledger, saldo awal dengan Working Paper tahun lalu.

4. Vouched penambahan serta pengurangan aset tetap.
untuk penambahan aset tetap, selain diperhatikan otorisasi dan kelengkapan supporting document, harus dilihat apakah penambahan tersebut sudah tercantum di anggaran.
Untuk pengurangan aset tetap harus diperiksa Journal Entry nya.
contoh :Mesin  dengan harga perolehan Rp10.000.000 dan akumulasi penyusutannya (sampai dengan tanggal penarikannya) Rp8.000.000 dijual dengan harga Rp3.000.000 secara tunai.
Journal Entry yang seharusnya adalah :
Dr Kas                                               Rp3.000.000
Dr Akumulasi Penyusutan Mesin     Rp8.000.000
      Cr. Mesin                                                            Rp10.000.000
      Cr. Laba penjualan aset tetap                             Rp1.000.000

karena seringkali perusahaan mencatat transaksi tersebut dengan mendebit kas Rp3.000.000 dan mengkredit mesin Rp3.000.000.
Auditor juga harus memeriksa apakah uang kas sebesar Rp3.000.000 sudah diterima perusahaan dan dicatat dalam buku penerimaan kas.

5. Periksa fisik dari aset tetap dan perhatikan kondisinya apakah masih dalam keadaan baik atau sudah rusak.
mengenai pemeriksaan fisik aset tetap secara basis test ada 2 pendapat ;
1. Yang dites hanya penambahan dalam tahun berjalan yang jumlahnya besar.
2. Diutamakan penambahan yang baru serta beberapa aset tetap yang lama.
pada pendapat yang pertama memang akan lebih cepat pelaksanaannya, tetapi ada kelemahan yaitu bila ada aset tetap yang sudah lama dibeli atau tidak dapat dipakai lagi, maka dengan cara pertama tidak diketahui.

6. Pemeriksaan bukti pemilikan aset tetap
contoh dalam hal ini harus dicocokkan nomor mesin, chasis, dan nomor polisi kendaraan yang tercantum di BPKB dan STNK dengan yang terdapat di kendaraan. Perhatikan juga apakah surat-surat tanah, gedung, kendaraan atas nama perusahaan.

7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization serta Depreciation Polici-nya konsisten dengan tahun sebelumnya (misal perhitungan menggunakan Straigh Line Method).
Tentang Policy dan Capitalization tersebut ada beberapa kemungkinan :
a. berdasarkan jumlahnya, misalnya diatas Rp1.000.000 harus dikapitalisir.
b. Berdasarkan masa manfaatnya
c. Campuran antara jumlah dan masa manfaatnya.
Tentang Policy dari penyusutannya ada beberapa kemungkinan, apakah penyusutan tersebut dimulai :
a. Pada tanggal pembelian;
b. Pada tanggal pemakaian;
c. Juga perlu diketahui masa penyusutannya, misal tanggal pembelian 1-15 dihitung satu bulan penuh sedangkan 16-30/31 dihtung setengah bulan.

8. Analisis perkiraan repair dan maintenance.
harus diperhatikan kemungkinan Klien untuk memperkecil laba dengan mencatat Capital Expenditure sebagai Revenue Expenditure.

9. Periksa kecukupan Insurance Coverage, dalam artian jangan sampai terlalu keci atau terlalu besar. Jika terlalu kecil ada bahaya bahwa jika terjadi kebakaran, ganti rugi perusahaan asuransi tidak mencukupi untuk membeli aset tetap(misalkan gedung atau mesin) yang baru sehingga mengganggu kegiatan operasi perusahaan. tentang penilaian cukup tidaknya Insurance Coverage tersebut adalah atas dasar jumlah yang mendekati harga pasar.

10. Tes perhitungan penyusutan dan alokasi biaya penyusutan aset tetap.
Penyusutan ini biasanya dari aset tetap yang dapat disusutkan, seperti gedung kantor dan sebagainya, sebab ada juga Fixed Assets yang tidak dapat disusutkan seperti Tanah hak milik. Tetapi bila tanah tersebut digunakan untuk bahan baku pembuatan batu bata atau genteng, maka dapat disusutkan biasa istilahnya tuh deplesi.
Apabila tanah tersebut merupakan tanah dengan hak guna bangunan, maka tanah tersebut tidak dapat disusutkan. Auditor harus memeriksa akurasi dari perhitungan penyusutan yang dibuat klien, dan ketetapan alokasi biaya penyusutan sebagai bagian dari biaya produksi tidak langsung, biaya umum dan administrasi serta biaya penjualan.

11. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank, untuk memeriksa apakah ada aset yang dijadikan jaminan atau tidak.

12. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual aset tetap.

13. Untuk Contruction In Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada Construction In Progress yang harus ditransfer ke aset tetap.

14. Jika ada aset yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement dan periksa apakah Accounting treatment-nya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.

15. Periksa apakah ada aset tetap yang dijaminkan.
Jika aset tetap dijaminkan berarti bukti pemilikan diserahkan (disimpan) di bank, sehingga auditor harus memeriksa tanda terima penyerahan bukti-bukti kepemilikan. selain itu jika ada aset tetap yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

16. Periksa penyajian aset tetap dalam laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS, baik di Posisi Keuangan,(cost and accumulated depreciation), di laba rugi (biaya penyusutan), dicatatan atas laporan keuangan (kebijakan kapitalisasi dan penyusutan,rincian garis besar aset tetap) maupun di lampiran (rincian aset tetap).

yang disebutkan tadi tuh berlaku buat repeat engagements (penugasan berulang) makanya dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa).

Untuk First Audit (audit pertama kali) bisa dibedakan sebagai berikut :

  • Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah diaudit oleh kantor akuntan lain, saldo awal saldo aset tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja pemeriksaan akuntan tersebut.
  • Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah diaudit, akuntan publik harus memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aset tetap sejak awal berdirinya perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan perusahaan untuk penambahan dan pengurangan aset tetap, serta metode dan perhitungan penyusutan aset tetap dilakukan sesuai dengan standar akuntansi di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Tentu saja pemeriksaan mutasi tahun-tahun sebelumnya dilakukan secara test basis dengan mengutamakan jumlah material.
  Sumber : Auditing buku 1 (Sukrisno Agoes) 
 
Copyright (c) 2010 Coretan Financer. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes, Gifts for GirlFriend And Skull Belt Buckles.